Lisan merupakan salah
satu kenikmatan yang agung yang sekalipun ukurannya kecil namun orang bisa
menjadikannya sebagai alat untuk beribadah kepada Allah dengan berbagai macam
ketaatan demikian pula sebaliknya lisan bisa menjadi alat untuk melakukan
kemaksiatan kepada Allah. Lisan yang merupakan karunia yang besar haruslah
senantiasa kita menjaganya dengan tidak berkata kecuali perkataan yang
bermanfaat untuk dunia dan akhirat kita atau lebih baik kita memilih diam karna
hal itu lebih terpuji sebagaiman yang terdapat dalam hadits Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda, ” Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik
atau diam. ” (Diriwayatkan
Al-Bukhary dan Muslim). dan siapa yang banyak perkataannya maka akan banyak
dustanya dan siapa yang banyak dustanya maka akan banyak dosanya dan siapa yang
banyak dosanya maka neraka yang pantas untuknya.
Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda,”Siapa yang
menjamin bagiku apa yang ada di antara dua tulang dagunya (lidahnya) dan apa
yang ada di antara dua kakinya (kemaluan), maka aku menjamin baginya surga.” (Diriwayatkan Al-Bukhari, At-Tirmidzy dan
Ahmad).
Dalam hadits lain
beliau bersabda,”Iman seorang hamba tidak istiqomah sebelum hatinya
istiqomah.hatinya tidak istiqomah sebelum lidahnya
istiqomah.”(Diriwayatkan Ahmad).
Dalam hadits lain
beliau bersabda,”Siapa yang menjaga lidahnya, maka Allah menutupi aibnya.”(Diriwayatkan
Abu Nu’aim dan Abid-Dunya).
Abu Ad-Darda
berkata,”Tidak ada kebaikan dalam hidup ini kecuali salah satu dari dua
orang yaitu orang yang diam namun berfikir atau
orang yang berbicara dengan ilmu.”
Berbicara pada hal
yang tidak bermanfaat : ketahuilah bahwa suatu perkataan yang anda ucapakan
tanpa ada manfaat dan kebutuhan untuk anda ucapakan maka hal tersebut Cuma akan
menghabiskan waktu anda dan anda akan dihisab dengan waktu yang terbuang
tersebut, maka sebaiknya waktu tersebut anda gunakan dalam dzikir dan ucapan
yang bermanfaat. Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam bersabda : ” Di antara kebaikan
islam seseorang ialah meninggalkan apa yang tidak diperlukannya.” ( Diriwayatkan At-Tirmidzy dan Al-Baghawy ).
Pertengkaran
dan perdebatan : yaitu banyak menyerang orang lain untuk membuka kesalahan
dan keburukan-keburukannya. Yang mendorong seseorang berbuat seperti ini
adalah merasa dirinya hebat. Dari nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,
beliau bersabda : ” Orang yang paling
dibenci Allah ialah orang yang keras lagi suka bertengkar.” (Diriwayatkan
Al-Bukhary dan Muslim).
Bicara
keji, suka mencela dan mengumpat : semua ini tercela dan dilarang, karena
merupakan sumber keburukan dan kehinaan. Dalam hadits disebutkan, “Jauhilah perkataan keji, karena Allah tidak menyukai
perkataan keji dan mengatai-ngatai dengan perkataan keji.” (Diriwayatkan Ibnu Hibban, Ahmad dan
Al-Bukhari dalam Adabul-Mufrad).
Dalam hadits lain disebutkan,”Orang
mukmin itu bukan orang yang suka mencemarkan kehormatan, bukan pula orang yang suka mengutuk, berkata keji dan
mengumpat.” (Diriwayatkan
At-Tirmidzy, Ahmad, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan Al-Bukhary dalam
Al-Adabul-Mufrad).
Banyak orang begitu mudahnya mencela
saudaranya sendiri sehingga menyebabkan hubungan menjadi putus, padahal
itu mungkin disebabkan ketidaksabaran kita atas perbuatan saudara kita atau
mungkin kita terus-menerus buruk sangka terhadapnya, dan kalau hal ini terus
berlanjut bisa jadi anda tidak mendapatkan teman.
Seorang penyair berkata : “Aku menutup mata dari kesalahan teman karena aku khawatir
hidup tanpa teman.”
Jadi, di antara bentuk pemahaman yang
baik dan cerdas ialah anda berkeyakinan bahwa teman tidak lepas dari
kekurangan, karena ia manusia.
Menyebarkan
rahasia : akibat dari perbuatan ini bisa memutuskan persahabatan dan
ukhuwah, seorang muslim hendaknya tidak menyebarkan rahasia saudaranya dan
hendaknya apa yang anda ketahui dari saudara anda menjadi amanah dan tidak
menyebarkannya, kecuali dengan izinnya atau anda telah betul-betul
mendapatkan keridhaannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda, “Jika seseorang membicarakan pembicaraan kepada saudarnya dan
ingin pembicaraannya tersebut dirahasiakan, maka pembicaraan tersebut
amanah.” (Diriwayatkan Abu Daud di Al-Adab, At-Tirmidzy, Ahmad di
Al-Musnad).
Ghibah
(menggunjing). Al-Qur’an telah menyebutkan larangan ghibah dan
menyerupakan pelakunya dengan pemakan bangkai. Dalam hadits disebutkan,”Sesungguhnya
darah, harta dan kehormatan kalian adalah haram atas diri kalian.”
(Diriwayatkan Al-Bukhary dan Muslim). Makna ghibah disini ialah
sebagaimana ketika Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ditanya
tentang ghibah. Maka beliau menjawab, “Engkau
menyebut-nyebut saudaramu dengan sesuatu yang tidak dia sukai.”
Perkataan sebagian Ulama Salaf
bahwa, “Berkata itu perak dan diam itu emas”.
Maka tentunya orang yang berakal tidak akan membuang-buang waktunya ketika
mengetahui emas yang akan diraihnya. Menjaga lisan jelas akan memberikan
manfaat, dan kita akan menyebutkan beberapa manfaatnya :
Akan
mendapat keutamaan dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Dari
Abu Hurairah, Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir
maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (Diriwayatkan
Al-Bukhari dan Muslim).
Akan
menjadi orang yang memiliki kedudukan dalam agamanya. Dalam hadits Abu
Musa Al-Asy’ari, Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam ketika
ditanya tentang orang yang paling utama dari orang-orang islam, beliau
menjawab, “Orang islam yang paling utama
adalah orang yang orang lain selamat dari kejahatan tangan dan lisannya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim).
Mendapat
jaminan dari Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam untuk masuk
surga, dari Sahl bin Sa’d beliau bersabda,”Barangsiapa
yang menjamin untukku apa yang berada diantara dua dagunya (lidahnya) dan
apa yang ada diantara dua kakinya (kemaluannya) maka aku akan menjamin
baginya Al-Jannah (surga).”
(Diriwayatkan Al-Bukhari).
Allah akan mengangkat derajat-Nya dan memberikan
ridhah-Nya kepadanya. Dari Abu Hurairah Rasulullah Sallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda, “Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat
yang diridhai oleh Allah dan dia tidak menyangka akan sampai kepada apa
(yang ditentukan oleh Allah), lalu Allah mencatat keridhaan baginya pada
hari dia berjumpa dengan Allah.”
Demikianlah beberapa buah dari menjaga
lisan. Semoga kita diberi kemampuan oleh Allah untuk melaksanakan perintah-Nya
dan perintah Rasul-Nya dan diberi kemampuan untuk mengejar buah tersebut. Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar