SObatku muslim
yang dirahmati Allah SWT, ada dua titik lemah didalam diri ini,yang pertama ada
diluar diri kita yaitu godaan setan terkutuk yang tanpa henti berjuang
menjerumuskan kelembah yang terhina.Yang kedua yang melekat didalam diri
kita yaitu hawa nafsu,yang keberadaannya tidak permanen,artinya nafsu yang
semula liar dan negative bisa dikendalikan dan dididik sehingga menjadi
positif. Hidup ini adalah medan perjuangan mengekang dan mendidik hawa nafsu,
Kadangkala kita menang dan kadangkala kita TKO melawan hawa nafsu kita.
Ada tiga bentuk
perlawanan manusia terhadap hawa nafsu dalam dirinya.
Yang pertama,nafsu muthmainnah (nafsu yang tenang), yakni ketika iman menang melawan hawa
nafsu, sehingga perbuatan manusia tersebut lebih banyak yang baik
daripada yang buruk.
Yang kedua, nafsu
lawwamah (nafsu yang gelisah dan menyesali dirinya sendiri), yakni ketika iman
kadangkala menang dan kadangkala kalah melawan hawa nafsu, sehingga manusia tersebut
perbuatan baiknya relatif seimbang dengan perbuatan buruknya.
Yang ketiga
adalah nafsu la’ammaratu bissu’ (nafsu yang mengajak kepada keburukan), yakni
ketika iman kalah dibandingkan dengan hawa nafsu, sehingga manusia tersebut
lebih banyak berbuat yang buruk daripada yang baik.
Coba direnungkan,
termasuk dimanakah posisi Kita?mudah-mudahan masih dalam kelompok nafsu
muthmainnah,ciri-cirinya adalah kita akan segera sadar dan gelisah disaat
terlanjur melakukan dosa dan maksiat walaupun sekecil apapun.
Beberapa
trik untuk meminimalkan perbuatan maksiat diantaranya :
1.Banyak
melakukan ibadah, terutama ibadah-ibadah sunnah (sholat dhuha, tahajud, baca Al Qur’an, dll). Sebab makanan hati yang bersih adalah ibadah.
2. Minta kepada Allah dengan sungguh-sungguh
(berdoa) agar keinginan Anda semakin kuat untuk meninggalkan hal-hal yang
buruk.
3. Meyakini
imbalan besar yang akan Allah berikan kepada orang-orang yang mampu
mengendalikan hawa nafsunya. “Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu
apa yang lebih baik dari yang demikian itu (memperturuti hawa nafsu)?."
Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada
surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka
dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha
Melihat akan hamba-hamba-Nya” (QS. Ali ‘Imron yat 15).
Kuatkan keyakinan
tersebut dengan banyak berzikir (mengingat Allah) dan beribadah kepadanya.
Jangan hanya mengandalkan ibadah wajib saja untuk mengendalikan nafsu, tambah
juga dengan ibadah sunnah, seperti shaum senin-kamis, sholat tahajjud, tilawah
Al Qur’an, sholat dhuha, dan lain-lain.
4.Jaga panca
indera kita dari pengaruh syahwat (nafsu). Jaga mata kita untuk tidak melihat
hal-hal yang berbau maksiat, jaga pendengaran dari pembicaraan yang jorok, jaga
mulut dari berkata-kata yang cabul, dan jaga tangan serta kaki kita untuk tidak
menjamah atau melangkah ke hal-hal yang maksiat.
5. Jaga pikiran
kita dengan selalu berpikir positif dan produktif yang akan didapat dari banyak
membaca yang positif dan hindari juga lingkungan yang membangkitkan hawa nafsu
kita.
6. Sadari betul bahwa syahwat merupakan
fasilitas syetan untuk menjerumuskan kita semua kepada api neraka. Apa yang
paling dekat dengan kita setelah Allah SWT , yaitu syetan. Syetan berada pada
peredaran darah manusia. Dia akan mendorong nafsu syahwat kita dengan berbagai
macam cara, salah satunya dengan memasukkan data kotor yang kita miliki untuk
merangsang syahwat kita. Atau pun dari media luar yang diterima panca indra..
7. Puasa. Semakin banyak kita makan,
semakin besar pembuluh darah,. dan syetan makin kuat pula mendorong nafsu
syahwat kita.dengan puasa kita akan mempersimpit pembuluh darah, dengan begitu
syetan akan berkurang pula energinya. Apalagi makanan atau minuman tersebut
haram.
8. Ketika syahwat itu mulai memuncak
maka segeralah berwudhu dan baca al-quran dengan maknanya. Contoh apabila
kalian melihat sesuatu yang sangat merangsang syahwat kalian cepatlah berwudhu
kemudian bacalah surat annas dan maknai dalam hati. Insya Allah syahwat
tersebut akan dapat dikontrol.
9. Jika anda telah merasa mampu untuk
menikah maka bersegeralah menikah. Dengan tujuan lillahita’ala. Dengan begitu
kita telah memiki penyaluran syahwat yang halal dan barokah. Dan insya ALLAH
mendapat keturunan yang soleh. Namun tetaplah setelah menikah untuk selalu
menjaga syahwatnya dari sesuatu yang diharamkan. Dan berdoalah sebelum
melakukan hubungan.
10. Apabila kita berada dilingkungan yang
penuh dengan rangsangan syahwat.maka berjihadlah dengan penuh kesungguhan dan
ucapkan lahaulawalaquwwataillabilla hil’aliyyilazhim dengan memaknainya dalam
hati.
11. Wanita merupakan media syetan untuk
merangsang syahwat dari luar tubuh . oleh karena itu Alloh swt memerintahkan
agar kaum wanita menutup dan menjaga
auratnya. Namun apabila aurat itu telah menyebar dilingkungan kita maka jagalah
pandangan kita dan ingatlah bahwa neraka itu banyak dipenuhi oleh wanita.yang
seperti didepan anda. Jika anda berani maka tegurlah, jika tidak bencilah
perbuatan itu.
12. Penjarakan diri kita pada sesuatu
yang menghasilkan kenikmatan rohani. Yaitu lingkungan ibadah kepada Allah SWT
dan jauhkan diri anda dari zina dan yang merangsangnya. Perbanyaklah mengisi
waktu anda dengan ibadah terutama pada waktu malam. Dan bacalah quran dan
maknanya. Karena syetan yang ada pada diri kita akan merasa terbakar(Oleh
karena itu bakar dan bakar terus syetan dalam diri anda sampai hangus). Sungguh
syetan adalah musuh yang nyata bagi kita
13. Menyadari bahwa nafsu adalah dinding pagar yang
mengitari jahannam.
Barang siapa yang terseeret ke dalam
nafsu, berarti dia terseret ke dalam neraka.
Sabda nabi,
“Surga
dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai dan neraka itu dikelilingi dengan
berbagai syahwat.”
Orang yang mengikuti nafsu
dikhawatirkan akan lepas dari iman, sementara dia tidak menyadarinya. Mengikuti
nafsu bias menutup pintu taufik bagi manusia dan membuka pintu penyesalan.
Fudhail bin ‘Iyadh berkatam
“Barangsiapa yang mengikuti nafsu dan menuruti syahwatnya maka terputuslah tali
taufik dari dirinya.”
14.. Memanjakan nafsu berarti merusak akal dan
fikirannya dan itu berarti mengkhianati Allah dalam hal penggunaana akal.
Mengikuti nafsu membuat hamba tidak
bias bangkit untuk mencapai syurga bersama-sama dengan orang yang berhasil
mendapatkannya.
Muhammad bin Abdul Warad berkata,
“Sesungguhnya Allah mempunyai satu hari, siapa yang tunduk kepada nafsunya
tidak akan bisa selamat dari siksaan-Nya. Di antara orang-orang yang jatuh dan
tidak bisa bangkit pada hari kiamat ialah orang yang tunduk kepada nafsun bijakya.”
15. Menyadari bahwa dengan mengekang nafsu akan
menghasilkan kekuatan tubuh, hati dan lidah manusia.
“Orang
yang mampu mengalahkan hawa nafsunya lebih kuat daripada orang yang mampu
menaklukkan sebuah kota sendirian.” Orang yang paling ksatria adalah yang
paling keras menentang hawa nafsunya.
Muawiyah berkata, “Sifat ksatria
ialah yang meninggalkan syahwat dan menentang hawa nafsu. Mengikuti hawa nafsu
berarti mengurangi sifat ksatria.” Memerangi nafsu lebih hebat dan lebih
berat daripada memerangi orang-orang kafir.
Menentang nafsu bisa menyelamatkan
penyakit hati dan badan sedangkan mengikutinya akan mendatangkan penyakit hati
dan badan. Semua penyakit hati berasal dari mengikuti nafsu. Jika kita meneliti
berbagai penyakit badan maka sebagian beasr berasal dari memperturutkan hawa
nafsu.
16. Menyadari bahwa tidak ada satupun hari yang
berlalu melainkan nafsu dan akan saling bergelut di dalam diri orang yang
besangkutan.
Mana yang dapat mengalahkan rivalnya,
maka dia akan mengusirnya dan menguasainya. Abu Darda r.a. berkata, “Jika
pada diri seseorang berkumpul nafsu dan amal, lalu amalnya mengikuti nafsunya,
maka hari yang dilaluinya adalah hari yang buruk. Jika nafsunya mengikuti
amalnya, maka harinya adalah hari yang baik.”
17. Menyadari bahwa dia diciptakan bukan untuk
kepentingan nafsu, tetapi untuk sesuatu urusan yang besar yang tidak bisa
dicapai kecuali dengan menentangnya.
Sesungguhnya Allah menjadikan kesalahan
dan mengikuti nafsu sebagai dua hal yang berdampingan dan menjadikan kebenaran
dan menentang nafsu sebagai dua hal yang berdampingan sebagaimana dikatakan
oleh sebagian salaf, “jika ada masalah yang rumit engkau pecahkan, engkau
tidak tahu mana yang benar, maka tinggalkanlah yang lebih dekat kepada nafsumu,
karena sesuatu yang dekat dengan kesalahan ialah yang mengikuti hawa nafsu.”
18. Memiliki hasrat yang kuat untuk melawan hawa
nafsunya sehingga timbul kecemburuan yang amat sangat terhadap dirinya sendiri
jika melakukan kemaksiatan.
Membalutnya dengan kesabaran dalam
menghadapi kepahitan yang akan dihadapi ketika melawan hawa nafsunya sendiri.
Membekalinya dengan kekuatan jiwa yang bisa mendorongnya untuk mereguk
kesabaran itu, sebab semua bentuk keberanian merupakan kesabaran sekalipun
hanya sesaat dan sebaik-baik hidup adalah jika seseorang mengetahui hidup itu
dengan kesabarannya.
19. Melibatkan hati dalam mempertimbangkan akibat
nafsu, sehingga dia bisa mengetahui seberapa banyak nafsu itu meloloskan
ketaatan dan berapa banyak nafsu itu mendatangkan kehinaan.
Berapa banyak satu suapan yang
menghalangi beberapa suapan. Berapa banyak kenikmatan yang kecil menghilangkan
kenikmatan yang besar. Berapa banyak memperturutkan syahwat berakibat
menghancurkan kehormatan, menciptakan kenangan yang buruk, mengakibatkan celaan
dan aib berkepanjangan.
20. Memikirkan apa yang dituntut oleh jiwa dan hati
nuraninya dari pada dorongan hawa napsunya, lalu berkata kepada akal dan
agamanya, bahwa dorongan nafsu itu akan berakhir kepada kehinaan.
Abdullan bin Mas’ud berkata, “Jika
salah seorang diantara kalian tertarik kepada seorang wanita, maka hendaklah
dia mengingat-ingat keburukannya.” Mempertimbangkan kelanjutan yang baik
dan kesembuhan yang terjadi di kemudian hari dan sebaliknya mempertimbangkan
penderitaan yang semakin menjadi-jadi sebagai akibat menuruti kenikmatan hawa
nafsu yang semu.
21. Menghinakan diri sendiri ketika tunduk kepada hawa
nafsu, sebab tidaklah seseorang menuruti hawa nafsunya melainkan pasti akan
mendapatkan kehinaan pada dirinya.
Jangan tertipu kehebatan dan
kesombongan orang-orang yang mengikuti nafsunya, padahal dilihat dari batinnya,
mereka adalah orang-orang yang paling hina dina. Orang seperti itu memadukan
antara kesombongan dengan kehinaan.
subhanallah, tausiyah yang sangat inspiratif...mksh abah
BalasHapus